Enggak capek neng!” Atau juga godaan yang agak iseng, seperti ”Eeeh… awas itu rodanya muter!” Ketika ia sedang terengah- tengah mengayuh itu, sering terdengar sapaan ramah dari orang di sepanjang jalan. Setelah dari kampus, ia harus bekerja keras mengayuh sepeda pulang ke rumah yang menanjak terus. Ia akan melewati penjaja serabi, nasi kuning, hingga bubur ayam di sekitar Simpang Dago. Tita akan melesat di tengah jalanan Bandung yang penuh mobil angkot atau angkutan kota serta sepeda motor. Selepas itu, ia tak perlu mengayuh karena jalan menurun terus menuju Kampus ITB di Taman Sari. Setelah itu, ia mengayuh sepeda ke tempatnya mengajar di Jurusan Desain Produk Institut Teknologi Bandung (ITB).ĭari rumahnya di kawasan Kanayakan, Dago, Bandung, Jawa Barat, Tita mula-mula harus menuntun sepeda karena jalan di kampung menanjak tajam. Setiap pagi, doktor lulusan Universitas Teknologi Delft, Belanda, 2007, itu mengantar anak-anaknya ke sekolah menggunakan angkot, alias angkutan kota. Tita Larasati (36) adalah ibu dengan dua anak bernama Dhanu (7) dan Lindri (5). Curhat, dan catatan kehidupan dalam bentuk sketsa itu menjadi komik alternatif yang mengajak pembaca untuk melihat dunia nyata secara lebih dekat. Ini adalah catatan harian grafis yang berbentuk serupa komik. ”Curhat /choor-hat/ singkatan dari curahan hati.” Begitu Tita Larasati memberi catatan pada kata pengantar karyanya, Curhat Tita.
0 Comments
Leave a Reply. |